Stunting Genting Indonesia Kepayahan



 Source : https://stefvanbuuren.name/dbook1/sec-stunting.html

            Masalah kekurangan gizi di Indonesia telah memasuki angka genting gawat darurat. Kasus kian kasus bermunculan seiring dengan bertambahnya angka kematian bayi, balita hingga dewasa. Sebesar 10,2% bayi di Indonesia lahir dengan berat badan kurang dari 2500g . Sebanyak 19,2% balita tidak memiliki berat badan yang sesuai dengan kriteria normal sedangkan ada 32,2%  memiliki tinggi badan yang tidak wajar. hal ini sudah dapat menjadi bukti betapa rendahnya kualitas gizi di Indonesia. 


Padahal seperti yang kita tahu anak – anak adalah wadah harapan bangsa, anak – anak memegang peran utama atas masa depan bangsa. Rusaknya generasi muda berarti rusaknya Indonesia. Baiknya pemerintah telah sadar akan hal itu. Berbagai program telah digalakkan pemerintah namun sangat disayangkan hal ini belum juga efektif entah karena pendistribusin yang kurang merata, rendahnya melek pengetahuan masyarakat, maupun layanan kesehatan yang kurang memadai, tentu faktor kebodohan dan kemiskinan yang menjadi pokok pada setiap permsalahan di Indonesia tidak terkecuali Stunting sendiri. Stunting atau bisa disebut “kerdil” merupakan salah satu permasalahan yang muncul akibat kurang gizi kronik terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan (HPK). 

Stunting menjadi permasalahan karena sangat berhubungan dengan peningkatan kematian,  perkembangan otak yang  suboptimal sehingga baik perkembangan mental maupun motorik terhambat. Berdasarkan penelitian prospektif di Jamaika remaja yang terhambat pertumbuhannya memiliki tigkat kecemasan, gejala deperesi dan memiliki harga diri (Self Esteem) yang rendah dibandingkan dengan remaja yang tidak terhambat pertumbuhnnya. Permasalahan global ini umumnya terjadi pada negara – negara miskin dan berkembang. Stunting bisa juga diartikan sebagai kegagalan pertumbuhan ( Growth Failure) yang disebabkan akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama sejak masa kehamilan sampai usia 24 bulan. 

Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (Catch Grow) yang memadai. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 terjadi peningkatan anak stunting dari 36,8 % pada tahun 2010 menjadi 37, 2% di tahun 2013. Masalah kekurangan gizi ini diawali dengan perlambatan atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai IUGR (Intra Uterine Growth Retardation).   

Ada beberapa faktor penyebab stunting yang dikemukakan oleh kemenkes seperti praktek pengasuhan yang kurang baik, kurangnya akses tumah tangga / keluarga ke makanan bergizi, terbatasnya layanan kesehatan dan juga sanitasi. Sebenarnya kondisi Stunting dapat dilihat dan diamati secara langsung. tetapi karena minimnya kesadaran masyarakat akan anak pendek dan cenderug menyepelekan dan menganggap hal itu lumrah menjadikan angka stunting kian mengningkat. 

Pemerintah sendiri juga bertindak dengan lambat. Padahal solusi penanganan telah ada di depan mata. Pengontrolan gizi pada setiap ibu hamil di seluruh Indonesia misalnya dapat dijadikan terobosan solusi. Selain itu, penyuluhan dan pemberihan penyuluhan di desa desa juga dapat menurunkan angka stunting.

Comments

Popular posts from this blog

Let's Talk About Love

Beranjak Lupa

Tentang Ove