Maling Kundang Kalah Kondang




Hufttt entah bagaimana atau mungkin tidak ada yang bisa menggambarkan mama.. hal terbaik yang diciptakan buat aku anak yang jahil bin dablek ini. mama bukan orang yang bertutur kata manis selembut atau sehalus beledru sebaliknya nada tinggi suara lantang menggelegar bagai petir lah ciri khas nya. Namun apa gunanya buaian neraka jika suara menggelegar itulah surga. 

Pernah ku suatu ketika ku bertanya apa mama tak sayang aku? Pernyaan paling bodoh. Tak peduli berapa kali nilai 100 kuraih tetap saja aku sebodoh itu..  jawaban singkat yang mama berikan kala itu “Bodoh.. jika mama tak sayang kamu, kamu tidak akan disini sekarang sudah mati.” Singkat padat dan jelas itulah style mama. Ia wanita paling tangguh, paling tatag, paling tulus, hatinya lembut walau tuturnya tidak, paling dermawan. 

Bagiku masa lalu adalah penyesalan yang tak berujung.. ia terjebak oleh penjara waktu. Tapi mengapa ingatan itu masih terasa seperti kemarin. Seperti menginjak atau menduduki permen, karet tak peduli berapa kali pun tetap menempel ditempatnya. 

Mama… anak perempuanmu kini sudah 18 tahun harusnya walau sekali aku pernah membuatmu menangis bahagia. Tidak. Bahkan harusnya tidak hanya sekali namun puluhan kali.. mungkin itulah yang dilakukan anak – anak lainnya.. namun tidak dengan anakmu ini. Bukan tangis haru bahagia tapi tangis kekecewaan pilu malah menghiasi wajahmu.

Betapa malu nya aku saat bersujud dihadapan Tuhan ku.. Tuhan ku Agama ku Rasul ku menyuruhku untuk memperlakukanmu bagai  raja.. tapi apa? Tidak ada yang pantas mendapat kata kata yang manis dan lembut selain  engkau mama. Siapa mereka? Mereka tidak mengorbankan hidupnya demi aku. Siapa aku ? yang pantas memperlakukanmu seperti itu. 

Mengapa aku berteriak saat engkau dulu dengan penuh kasih mengusap membelai kepalaku dan mengajariku bicara MENGAPA?

Teringat sudah ratusan kesalahanku bagai gajah di pelupuk mata. Tapi saat tiba masanya aku pun tak berubah. Tetap saja. Selalu dan selalu mengecewakanmu. atau mungkin karena engkau cahaya aku terlalu silau dan tak bisa melihat kebih dalam. 

Sering kali ku sesali lahirnya aku dari perut mama… bukan karna mama tapi sunguhhh engkau yang tak pantas mendapat anak sepertiku bukannya aku menghina  atau menghujat Tuhan. Tapi apakah aku hanya lahir sebagai ujian bagimu..

Ratusan kali ku menyakitimu seribu kali engkau memaafkanku tanpa dendam.
Ratusan kali orang mencampakkanku ratusan kali pula kau menerimaku tanpa syarat Sungguh luar biasa hati seorang ibu. Seandainya ini adalah sebuah film sudah pasti aku jijik benci dan murka hingga kulempari diriku sendiri pemeran utama dengan batu. 

Mama.. mengapa aku tidak dapat mendengar hatimu ma.. mengapa aku selalu tidak paham dengan maksudmu aku bisa paham dengan semua pelajaran namun tidak dengan hatimu.. mengapa aku tuli dan buta jika itu berkaitan dengan mu. 15 detik aku bisa menangis deras karena iklan.. hingga pagi aku sanggup menangis hanya karena sebuah film. Mengapa aku baru bisa menangis setelah  itu berlalu sudah.

Mama..  malam bukanlah malam  untukmu siang bukan lagi siang. Dini dan larut sudah bersatu. Dan “usia”  ia hanyalah simbol. Sering ku bertanya tanya akan kah aku bisa sekeren itu kelak saat jadi ibu. Aku tak yakin.

Kau  selalu  punya pilihan mudah tapi engkau pilih pilihan yang sulit demi dan karena aku. Engkau meminta maaf saat merepotkan aku dan berterimakasih untuk hal kecil yang kulakukan.. padahal sungguh tak pantas kata itu keluar dari mulut seorang ibu.


Hal yang baru kusadari adalah betapa ku sering terlena.. sesuatu yang nampak sepele dan biasa seperti membuat kue bersama, sholat berjamaah, makan bareng justru sangat berharga.Perenunganku pun sampai di ujungnya.. Mungkin sebentar lagi kami akan jadi lebih sibuk.. bisa jadi ini makan bareng kita yang terakhir tak ada yang tau yang tak mungkin kita tahu kan.

Selama ini aku selalu gusar saat merasa sendiri kesepian dan kosong. tanpa pernah ku bertanya mungkinkah orang tua ku juga merasakan hal yang sama.. ayah di perantauan mama yang anak – anak nya mulai jarang ‘sobo omah’ Karena kesibukan sekolah kami. Dan bagaimana kelak saat mereka tua dan kami telah mempunyai rumah kami sendiri. Dengan siapa mereka akan tertawa dan bercerita.Kami mungkin hanya akan berkunjung. Cukupkah itu? 


Mama.. beruntungnya aku 
Ingatan masa kecilku masih tegap tertancap diotakku.. saat dulu kau gendong aku ditengah hujan dengan adek mengantarkanku untuk belajar tentang Tuhan.. betapa luarbiasanya mama, membuat masa kecilku sempurna tak bercacat. 

Maafkan kami ma..  karena kami kau tak dapat bersujud lebih lama. Maafkan kami ma.. mama harus menghadap Tuhan dengan tubuh lelah. Mama andai saja  ada satu kata untuk menggambarkanmu….

Dan saat mendengar kabar kamatian ibu teman ataupun seorang kenalan sampai ditelingaku.. ketakutan mulai menggerogotiku membayangkan hari terpilu itu akan datang. Tapi apalah kuasa ku apalah dayaku.Tuhan.. jangan Engkau ambil orang tua ku sebelum aku dapat membahagiakan mereka dan jadikanlah aku tak menyianyiakan waktu  seperti yang biasa kulakukan untuk meyenangkan mereka.     

Apalagi yang bisa kuucapkan selain  “maaf”
Maafkan aku ma.. anak mu ini telah mengalahkan kondangnya maling kundang

Comments

Popular posts from this blog

Let's Talk About Love

Beranjak Lupa

Tentang Ove