Pesimisme Optimis

By Daniele Salutari On Unsplash
Segala sesuatu yang instant terlihat sangat menggiurkan. Karena kecepatannya.. Karena kepraktisannya dan mungkin juga karena usaha yang perlu dilakukan berkurang. Manusia memanglah di ciptakan seperti itu.. menghindari kesakitan, lelah, dan hal-hal berbahaya yang mana  merupakan bagian dari self defense mechanism (mekanisme pertahanan diri) jika tidak tentu manusia sudah lama telah punah.

Lalu bagaimana dengan pecinta kegiatan penantang maut pemacu adrenalin? Benar.. mereka lain. Mereka hebat dalam menantang dirinya. Merekalah manusia yang berkembang tanpa henti. Mereka lah manusia pemanis hasil. Segalanya jadi lebih manis Karena efforts yang diberi. Puncak jadi manis Karena keringat Asin berkucuran di awal. Manusia ini lah pencumbu proses. Para penikmat waktu. Sayang tidak semua insan seperti itu. Aku pun termasuk di dalamnya. Meski berkenaan untuk berproses tetap saja jiwa lemah ini tremor. Seakan akan semangat dan api di jiwa adalah krupuk yang lambat lain kehilangan kerenyahannya.

Konsistensi lebih berat daripada keberanian untuk memulai. Karena kekecewaan dan kegagalan selalu menghadang. Ingin sekali kembali ke awal hanya agar diri mengingat seberapa ia menginginkan itu... Seberapa kepala tidak bisa tidur memikirkan itu.. seberapa jiwa bergemuruh membayangkan keberhasilan itu. Bodohnya. Iya. Kita selalu membayangkan baiknya. Kemudahan jalan dan hasi;. Dan advantages yang kita predict bakal dapetin.

Namun memikirkan possibilities yang buruk dan kerugian Serta efek negatif yang mungkin bisa terjadi juga bikin Kita enggan melangkah. Ragu untuk memulai dan stuck di tempat yang sama. Terlalu pesimis untuk optimis. Pesimis diterjemahkan seperti seember air yang siap memadamkan setiap bara. Pesimis menutup segala jalan dan Hanya berujung sesal Tak berkesudahan. 

Pesimis menyamar bagai sangkar yang telah siap dengan makanan dan minuman sekilas nampak aman dan nyaman. Jika kita menurutinya. Maka bersiaplah untuk jadi burung yang tidak tahu caranya terbang. Seperti ikan yang bertanya baflgaimana caranya bernapas di air. Hingga suatu hari kita terjembab dan  tersadar jika kita hanya akan menjadi pengamat keberhasilan orang lain. Seberapapun lapangnya hati rasanya masih tak cukup lapang melihat kesuksesan orang lain yang tak diiringi kesuksesan diri sendiri. Lantas bagaimana? 

Sayangku.. 
Aku ingin kamu melangkah tanpa ragu. Sebagaimana kamu yang berumur 8 tahun yang tidak takut terjatuh dan tidak cemas untuk merasakan sakit. Yang lebih ingin hadiah dan keberhasilan daripada keaman nyamanan. Yang tidak sombong mengatakan bisa melakukan segalanya sendiri. Yang terjatuh berkali kali namun tidak kapok berdiri kembali 

Sayangku.. 
Aku tahu itu menyakitkan. 
Bahwa kegagalan itu memilukan dengan kekecewaan sebagai temannya. 
Ingatlah kembali rasa itu. Saat awal pertama kali kau memulainya. Refleksikan kembali bayangan keberhasilan yang hinggap di tiap malam sebelum kau terlelap. 
Aku ingin kau tidak juga lupa rasa sakitnya supaya kau lebih berhati hati. 

Sayangku..
Camkan ini saat kau memulai setiap langkah baru. Rasa sakit akan menghadangmu. Kekecewaan akan menghalau dan mengajakmu pulang. Penghianatan akan datang sesekali menghapuskan duniamu. Namun, semuanya akan terbayar jika kau bertahan. Puncak selalu curam. Be strong! Jangan manja! Aku tunggu kamu di atas yaa..

Sayangku.. 
Bendung saja tiga rasa ini.. 
Pesimis
Putus Asa
Malas 
Maka segera Aku akan menjabatmu di puncak.



Comments

Popular posts from this blog

Let's Talk About Love

Beranjak Lupa

Titik Henti